BANJARMASIN, shalokalindonesia.com- Pemberian nama jalan sudah menjadi tradisi dalam mengenang jasa pahlawan atau tokoh ternama. Nama-nama seperti Ahmad Yani dan Gatot Subroto adalah contoh yang sering kita temui di berbagai daerah.

Namun, kini muncul fenomena baru pemberian nama jalan untuk tokoh yang masih hidup, terutama pejabat aktif.

Fenomena ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Ada yang menganggapnya sebagai bentuk penghargaan atas prestasi, namun tak sedikit yang menilai langkah ini terlalu tergesa-gesa dan rentan membawa dampak negatif.

“Ambung Bakul” dan Godaan Popularitas
Noorhalis Majid, seorang pengamat sosial, menyebut fenomena ini sebagai bentuk “ambung bakul” atau sanjungan berlebihan.

Dalam kolom opini berjudul Fenomena Nama Jalan, Godaan “Ambung Bakul”, ia mengingatkan bahwa pemberian nama jalan kepada tokoh yang masih hidup bisa menjadi pedang bermata dua.

“Ketika seseorang masih hidup, perjalanan hidupnya belum selesai. Potensi untuk melakukan kesalahan, baik secara hukum, moral, adat, maupun agama, masih ada. Jika itu terjadi, nama jalan yang awalnya dianggap terhormat bisa berubah menjadi pengingat aib,” tulis Noorhalis.

Noorhalis juga menekankan pentingnya bersikap bijak dalam memilih nama jalan.

Ia menyarankan agar masyarakat dan pemerintah mengutamakan tokoh-tokoh yang sudah wafat, yang telah terbukti memberikan kontribusi besar tanpa risiko perubahan citra di masa depan.

“Kita memiliki banyak nama tokoh yang layak dikenang, seperti Anang Ardiansyah atau Djohan Effendi. Mereka adalah sosok yang telah berkontribusi besar dan meninggalkan warisan yang bisa kita banggakan,” lanjutnya.

Masyarakat diminta untuk tidak terburu-buru dalam memberikan penghormatan melalui nama jalan. Sebagai langkah kehati-hatian, sebaiknya nama jalan diberikan kepada tokoh yang telah meninggal dunia, sehingga risiko perubahan citra dapat dihindari.

“Godaan untuk dikenang sebagai orang hebat memang besar. Namun, biarkan waktu yang membuktikan kelayakan seseorang untuk diabadikan,” pungkas Noorhalis.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa kehormatan sejati tidak datang dari pujian sesaat, melainkan dari warisan yang ditinggalkan untuk generasi mendatang. (na)

Iklan

Share:

Shalokal Indonesia

Shalokal Indonesia adalah media online dibawah PT Shalokal Mediatama Indonesia dengan kantor di Kalimantan Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *