BANJARMASIN, shalokalindonesia.com– Menjelang akhir masa jabatannya sebagai Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina dihadapkan pada sorotan tajam terkait pencapaian visi “Baiman” (Barasih Wan Nyaman) yang menjadi andalan selama dua periode kepemimpinannya.
Kritik ini datang dari Ketua DPD PSI Kota Banjarmasin, Khairul Umam, yang menilai bahwa meski telah dua periode memimpin, Ibnu Sina dan Wakilnya, Arifin Noor, belum sepenuhnya berhasil merealisasikan visi tersebut.
Dalam sebuah wawancara di Kecamatan Barat pada Jumat (9/8/2024), Khairul Umam menyoroti sejumlah masalah krusial yang hingga kini belum terselesaikan.
Salah satunya adalah kondisi infrastruktur pendidikan di daerah pinggiran kota yang masih jauh dari standar layak.
“Contoh nyata adalah halaman SDN Basirih 10 yang tidak layak digunakan untuk upacara dan pelajaran olahraga, dan ini baru-baru ini menjadi viral,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Umam juga menyoroti isu pengelolaan sampah yang masih belum optimal, dengan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang sering kali overload hingga meluber ke jalan-jalan protokol, seperti di Jalan Lingkar Selatan.
“Masalah sampah ini sangat mendasar, tapi hingga kini belum ada solusi yang benar-benar efektif,” tegasnya.
Kritik lainnya ditujukan pada kebijakan kenaikan retribusi parkir yang dianggap tidak seimbang dengan upaya penanganan parkir liar.
Menurut Umam, masalah parkir liar justru semakin memperburuk kenyamanan masyarakat, apalagi jika oknum pemungut parkir liar dengan seenaknya menaikkan tarif.
Umam juga menyoroti prioritas pembangunan Pemko yang dinilai kurang tepat sasaran, seperti menghias jembatan-jembatan yang dianggap tidak urgen dibandingkan persoalan-persoalan mendasar lainnya.
“Pendidikan, lingkungan, dan parkir adalah isu-isu fundamental yang seharusnya menjadi fokus utama sesuai dengan visi Baiman,” tambahnya.
Dengan banyaknya persoalan yang masih menggelayuti Kota Seribu Sungai ini, Khairul Umam mempertanyakan apakah visi Baiman benar-benar telah terwujud atau hanya sekadar slogan yang dijual selama dua periode kepemimpinan Ibnu Sina.
“Melihat kenyataan yang ada, apakah Banjarmasin sudah bisa disebut Baiman? Atau itu hanya sebatas slogan?” pungkasnya.
Kita merenung dan mempertanyakan, apakah Banjarmasin sudah berada di jalur yang tepat menuju visi “Barasih Wan Nyaman” atau justru tersendat di tengah jalan? Sebuah pertanyaan besar yang akan dijawab oleh waktu dan langkah konkret di masa mendatang. (shalokalindonesia.com/rls)
Editor: Nanang