
BANJARMASIN, shalokalindonesia.com– Sebuah video yang memperlihatkan penganiayaan terhadap seorang dokter koas bernama Muhammad Luthfi viral di media sosial, menarik perhatian banyak pihak, terutama di kalangan tenaga medis.
Kejadian ini terjadi di RSUD Siti Fatimah dan memicu keprihatinan masyarakat.
Luthfi yang menjabat sebagai ketua kelompok pendidikan profesi dokter telah menyusun jadwal jaga untuk libur Natal dan Tahun Baru 2025.
Namun, salah satu anggotanya, Lady Aurellia, merasa jadwal tersebut tidak adil. Ketidakpuasan tersebut memicu ibunda Lady untuk menghubungi Luthfi dan meminta pertemuan.
Pertemuan yang awalnya dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah justru berakhir dengan insiden tak terduga.
Setelah diskusi berlangsung, ketegangan muncul dan sopir yang menemani ibunda Lady melakukan pemukulan terhadap Luthfi. Peristiwa ini menggambarkan kegagalan dalam hal komunikasi dan kerja sama yang seharusnya ada di dunia medis.
Insiden ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi tenaga medis, terutama saat harus bekerja dalam tekanan tinggi, menghadapi perbedaan pendapat, dan bahkan harus tetap bekerja saat hari libur atau momen penting.
Kasus ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya empati dan komunikasi yang baik di lingkungan medis, yang seharusnya menjadi tempat penuh rasa hormat dan kerja sama.
Kekerasan terhadap tenaga medis, baik fisik maupun verbal, bukanlah hal baru.
Bahkan dalam kondisi bekerja, tenaga medis sering kali menghadapi ancaman serupa. Ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan budaya komunikasi dan manajemen konflik di dunia kesehatan.
Sektor kesehatan membutuhkan tenaga medis yang mampu bekerja di bawah tekanan sambil tetap menunjukkan empati dan kemampuan berkomunikasi dengan baik.
Tugas mereka bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang manusiawi. Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, baik tenaga medis maupun keluarga pasien, harus memahami pentingnya menciptakan hubungan yang saling mendukung.
Kasus ini mengingatkan kita bahwa komunikasi dan empati adalah kunci untuk membangun lingkungan kerja yang positif di dunia medis. Dengan menjaga kedua hal tersebut, diharapkan insiden serupa dapat dihindari, dan tenaga medis dapat terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
penulis: Allodia Astried
foto: Pixabay.com