SHALOKALINDONESIA. COM, SINGKAWANG- Masyarakat Indonesia, mayoritas adalah masyarakat toleran, kata Dr Dian Nur Anna, dosen di Studi Agama-Agama, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
“Saya rasa semangat masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, toleransi, saling menghargai, membentuk masyarakat yang tenang, itu menunjukkan masyarakat toleran. Dalam kehidupan sehari-hari, itu nampak,” kata Dian.
Memang, Dian mengakui dalam perspektif tertentu, toleransi dapat diukur tinggi rendahnya. Selain itu, di tengah masyarakat toleran pun, akan muncul satu-dua kasus intoleran, karena memang sangat sulit membentuk masyarakat yang seratus persen toleran.
Tantangannya ada dalam upaya menjaga toleransi yang sudah ada itu. Salah satunya ada di tangan pemuka agama masing-masing, yang menjadi jembatan komunikasi. Selain itu, Dian memberi resep, toleransi akan terjaga jika masyarakat tidak mudah terprovokasi. Setiap kabar harus diteliti dan dicermati lebih dalam, untuk menyatukan persepsi, membentuk komunitas yang saling rangkul dan saling memahami.
Dalam pengalaman Dian, dialog antarpemeluk agama adalah salah satu kunci. Banyak persoalan bisa diselesaikan, melalui perbincangan bersama.
“Misalnya, ada banyak salah paham antarpemeluk agama. Kadang ketika kita mengadakan diskusi, baru ketahuan ada salah paham itu,” ujarnya.
Dian mengingatkan, agama akan menjadi isu sensitif ketika dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu, seperti politik dan ekonomi.
“Kalau berhubungan dengan agama, segala sesuatu itu menjadi menarik. Kadang, orang tersulut emosi, gara-gara disinggungkan oleh agama. Atau banyak orang menggunakan agama sebaga alat untuk justifikasi,” tambahnya.
Kehati-hatian bersikap menjadi penting, karena di Indonesia agama masih memperoleh posisi sangat penting. Untuk membuat sebuah peristiwa kecil menjadi masalah besar, cukup mengaitkannya dengan isu agama. Dian menegaskan, meski mayoritas masyarakat Indonesia toleran, kasus intoleransi tetap akan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. (shalokalindonesia.com/voa)
Editor: Erma Sari, S. pd
Ket foto: Dr Dian Nur Anna, dosen Studi Agama-Agama, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. (Foto: Dok Pribadi