BANJARMASIN, shalokalindonesia.com- Misbad, biasa teman-teman memanggilnya. Nama itu merupakan akronim dari nama dia dan nama orang tuanya, yaitu Misransyah bin Baderun.
Nama itu juga sekaligus kode dalam karya jurnalistiknya di Banuaterkini.com. Tetapi, dedikasi dan loyalitasnya sebagai jurnalis yang cukup tinggi, ditambah kerja tim yang luar biasa, media kami memiliki energi yang hebat untuk berbagi informasi.
Misbad pun menjadi salah jurnalis media kami yang sangat produktif. Ini terlihat dari karya-karya jurnalistiknya. Tak sulit menggambarkan betapa Misbad yang kita kenal, meski tak memiliki latar belakang yang secara khusus di dunia jurnalisme, ia menjadi sosok yang terus mau belajar dan mampu meng-upgrade kemampuannya menulisnya.
Tidak hanya itu, ia juga mampu membangun jejaring dan kemitraan, tak hanya dengan sesama jurnalis dari berbagai perusahaan media, ia juga membangun kerjasama dengan para pemangku kebijakan di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Bahkan, salah satu pendapatan perusahaan media kami melalui iklan adalah buah dari kerja kerasnya yang memang luar biasa itu.
Mungkin satu kata yang tepat untuk melukiskan cara dia bekerja di dunia jurnalistik dan bisa menempatkan dirinya secara proporsional di antara teman kerja, mitra, kolega dan siapapun yang ada di sekitarnya. Bahkan, saat dia ‘berjuang’ bersama warga Kampung Batuah, di mana ia dilahirkan 60 tahun yang lalu itu, saat warga sedang ‘berhadapan’ dengan Pemko Banjarmasin yang hendak menggusur kawasan Pasar Batuah yang sejak awal merupakan kawasan perkampungan, Misbad tampil tak hanya melalui tulisan-tulisan kritisnya yang tajam, ia juga menjadi salah satu lokomotif perjuangan orang-orang kecil yang melawan penindasan penguasa saat itu.
Meski karya-karya kritis dan tajam yang ia tuangkan, Misbad sebenarnya adalah pribadi yang tak banyak bicara. Seperlunya saja. Lebih tepatnya ia seorang yang pendiam. Itulah salah satu gambaran saya dan teman-teman wartawan yang mengenalnya.
Mungkin tak banyak yang tahu, karena sifatnya yang lebih tertutup, Misbad memang pernah bercerita bahwa dirinya pernah didiagnosa mengidap penyakit jantung kronis. Beberapa kali bahkan sepanjang karirnya sebagai jurnalis dia harus dirawat di rumah sakit. Kepada saya ia juga mengaku pernah diminta dokter untuk menjalani operasi jantung, tetapi ia lebih memilih terapi alternatif.
“Yang penting ikhtiar, soal umur hanya Allah yang tahu,” ucapnya kala itu.
Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kalimantan Selatan, Anang Fadilah pun melukiskan pribadi Misbad sebagai sosok yang baik, sabar dan memiliki kepedulian yang tinggi pada organisasi.
“Almarhum sosok orang baik pekerja keras dan sabar. Ringan tangan, suka membantu. Kepeduliannya juga sangat tinggi. Jadi, dia bisa jadi panutan bagi rekan-rekan wartawan lainnya,” kata Anang.
Sosok Misbad, kata Anang, meski irit bicara tetapi kontribusinya bagi dunia jurnalistik di Kalimantan Selatan tak bisa dipandang sebelah mata.
“Di banyak kesempatan kegiatan SMSI, dia selalu meluangkan waktu untuk hadir. Dia juga banyak memberi saran termasuk pada kegiatan Lomba Karaoke yang ternyata mengantarkan dirinya menghadap-Nya,” ujar Anang lagi.
Anang kemudian mengisahkan, detik-detik sebelum Misbad menghembuskan nafas terakhirnya. Dikatakan Anang, Misbad meninggal dunia sesaat setelah tiba di RSUD Ulin Banjarmasin, usai mengeluhkan sakit dan sesak nafas selepas dia tampil mendendangkan lagu “Masya Allah” dalam sesi acara Lomba Karaoke antar wartawan yang diselenggarakan SMSI Kalsel, Sabtu (23/12/2023).”
“Usai membawakan lagu Masya Allah dengan penampilan yang prima, mengenakan baju yang rapi dan berbeda dari hari-hari biasanya. Ia sempat berganti baju, dan tak lama berselang ia mengeluh dadanya sakit,” tutur Anang.
Setelah Anang meminta panitia lomba dan sejumlah wartawan membawa Misbad ke RSUD Ulin Banjarmasin. Dokter sempat memeriksa kondisinya yang lemah, tak lama setelah itu sekitar pukul 12.40 WITA, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Anang dan hampir seluruh peserta lomba hari itu, tak menyangka siang yang tadinya penuh suka-cita dan kegembiraan, tiba-tiba berubah duka, karena salah seorang peserta yang memiliki talenta musik dan suara yang juga bagus saat bernyanyi, menghadap Yang Maha Kuasa.
Perasaan sedih dan duka, tak hanya dirasakan Anang, pengurus dan para wartawan Anggota SMSI se Kalsel, kepergian Misbad juga dirasakan salah seorang koleganya yang juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel, Ahmad Solhan.
“Innalillahi wainna ilaihi raji’un,” ucap Solhan singkat.
Solhan yang menjadi Top Media Influencer Pemprov Kalsel ini mengaku tak mendapat firasat apa-apa, karena beberapa waktu terakhir tak sempat berkomunikasi dengan almarhum.
“Ulun dalam seminggu ini hendak nelponi sidin tapi kada sempat, tatunda lagi (Saya dalam seminggu terakhir ini mau telpon beliau, tapi belum sempat, tertunta terus),” ucap Ahmad Solhan dihubungi via telelon selulernya, Minggu (24/12/2023).
Kepada media ini, Kadis PUPR Kalsel yang sangat ramah dengan para jurnalis ini, mengaku sudah menganggap almarhum Misbad sudah seperti saudara sendiri.
“Sidin urang baik banar. Sidin sudah ulun anggap kaka/marina/keluarga ulun, Ulun sekamar waktu Diklat Pim 4 dan sampai sekarang bekawanan, silaturahim wan sidin (Dia orangnya baik sekali. Dia sudah saya anggap seperti kaka/paman/keluarga saya sendiri. Saya sekamar waktu Diklat PIM 4 dan sampai sekarang masih berteman baik, silaturahmi terus dengannya),” ungkap Solhan masih dengan nada sedih.
Bagi anak sulungnya, Syaban Husin Mubarak, yang sekarang menjabat sebagai Koordinator Perwakilan Komisi Yudisial (KY) Provinsi Kalsel, adalah gambaran seorang ayah yang sangat bertanggung-jawab dan jadi panutan keluarga.
“Beliau adalah sosok ayah yang bertanggung-jawab dan jadi panutan keluarga,” ujar Syaban.
Dikatakan, dia terakhir berkomunikasi dengan almarhum Jumat sore, melalui telepon ayahnya sempat berpesan untuk manjaga adik dan ibunya.
“Rupanya, itu pesan terakhir dan isyarat beliau akan meninggalkan kami,” imbuh Syaban.
Kepergian Misbad, bukan hanya duka bagi keluarga besarnya. Kepergiannya adalah dukacita SMSI Kalsel, para wartawan dan semua orang yang mengenalnya.
Banyaknya kolega yang melayat jenazahnya di rumah duka, mengantarnya ke peristirahatan terakhir, di samping ucapan-ucapan belasungkawa yang ditujukan kepadanya, menggambarkan bahwa almarhum memang pribadi yang terpuji. Ia berhasil menapaki “perjalanan terakhir”-nya dengan husnul khatimah. Akhir yang penuh kebaikan.
Kita memang tak lagi bisa berbagi cerita. Tetapi, kisah yang kau bagikan dalam sejarah hidupmu bersama kami, keluarga SMSI, para jurnalis, dan semua orang yang mengenalimu, adalah episod terbaik yang pasti kami kenang sepanjang waktu.
Lagu “Masya Allah” yang jadi pengingat kami. Bahwa tutur kata, perilaku baik, adalah warisan terbaik dari jejak kehidupan kita di masa depan, di sini, di dunia ini, bahkan sampai akhirat nanti. Doa kami, semoga lapang tempatmu di sisi-Nya.
Almarhum Misbad dishalatkan di Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin dan dikebumikan di Alkah keluarga besar Hulu Sungai Selatan Jl Ahmad Yani Landasan Ulin (Seberang Pesantren Al Falah), Ahad (24/12/2023).
Selamat jalan sahabat, teman, saudara, dan orang baik. Semoga amal ibadahmu mendapat ganjaran yang setara dari Allah Yang Maha Kuasa. Amin Allahumma Amin. (shalokalindonesia.com/rls)
Editor: Erma Sari, S, pd