BANJARMASIN, shalokalindonesia.com- Kita bukan wartawan super top dan jangan malu belajar.

Hal itu disampaikan, Ahli dewan pers Kalsel, Muhammd Risanta, Kamis (4/5/2023).

“Jurnalisme kesehatan bagian dari jurnalisme ilmu pengetahuan dengan cara evidence base reporter (penulisan berbasis ilmiah), ” jelasnya.

Kata dia, jurnalis juga harus menghindari opini dan klaim, namun mengedepankan data-data ilmiah, pada masa pandemi menerapkan jurnalisme kesehatan, jurnalisme bencana dan empati.

“Fokus jurnalisme kesehatan meliputo perubahan perilaku tingkat individu, mendorong orang memilih pilihan hidup sehat seperti vaksinasj anak, makanan bergizi, memastikan pemerintah memberikan pelayanan yang menjangkau luas masyarakat terutama orang miskin, ” tuturnya.

Ia menyebutkan, berita yang disajikan harua mudah dipahami, akurar seimbang informasi, konsisten seimbang dengan budaya setempat dan berbasis bukti.

“Peran jurnalis ini memberikan pemahaman edukasi pentingnya imunisasi, pemberitaan menyejukkan dan menuntut masyarakat, ” terangnya.

Ia menambahkan, wartawan tidak boleh malas, terus pertajam riset dan literasi, tentukan topik tulisan, perkaya gaya bahasa, improvisasi tulisan, selalu belajar dan evaluasi.

“Jangan langsung posting dan naikkan beritanya, ” tambahnya. (shalokalindonesia.com/na)

Editor: Erma Sari, s. Pd
Ket foto: workshop jurnalis. (Foto: na)

 

Iklan

Share:

Shalokal Indonesia

Shalokal Indonesia adalah media online dibawah PT Shalokal Mediatama Indonesia dengan kantor di Kalimantan Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *