SHALOKAL.INDONESJA, BANGKOK-. Sebagian besar negara-negara Asia Tenggara yang bergantung pada pariwisata, menyatakan akan melonggarkan pembatasan masuk bagi wisatawan China yang kembali melakukan perjalanan ke luar negeri mulai minggu depan, meskipun WHO memperingatkan bahwa Beijing tidak memberikan informasi cukup tentang tingkat keparahan COVID-19 di negara itu.

Seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina, Thailand mengumumkan bahwa pelancong yang datang dari China tidak memerlukan tes pra-keberangkatan COVID-19, meskipun infeksi meningkat tajam di negara Tirai Bambu itu. Negara-negara Asia Tenggara ini, yang sudah lama menjadi magnet bagi yuan wisatawan China, sedang berusaha untuk menghidupkan kembali ekonomi mereka yang terpuruk akibat pandemi.

Setelah pertemuan pejabat kesehatan, pariwisata, dan lainnya, Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan kepada wartawan bahwa setiap orang harus memakai masker di tempat-tempat ramai.

“Thailand tidak akan mewajibkan tes COVID bagi turis dari negara mana pun. …Ini adalah kesempatan untuk memulihkan ekonomi dari kerugian yang kita derita selama hampir tiga tahun,” katanya.

“Tidak akan ada diskriminasi terhadap negara tertentu karena COVID-19 menyebar di semua negara dan jenisnya serupa. Jadi, itu seharusnya tidak menjadi masalah diskriminasi terhadap negara mana pun.”

Namun, Thailand akan memberlakukan kembali persyaratan bahwa wisatawan setidaknya telah dua kali mendapatkan vaksinasi COVID-19 dan memiliki asuransi kesehatan untuk biaya perawatan jika mereka terinfeksi di Negara Gajah Putih itu.

Sebanyak 205.735 kasus baru COVID-19 terdeteksi di China selama tujuh hari terakhir dengan 635 kematian , menurut data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada 27 Desember 2022, China mengumumkan akan mencabut sebagian besar pembatasan perjalanan yang ketat mulai 8 Januari 2023.

Setelah pandemi pertama kali terdeteksi di China pada akhir 2019, Beijing telah sangat membatasi perjalanan internasional warganya, dan hanya mengizinkannya jika benar-benar diperlukan.

Darah kehidupan’ industri pariwisata kawasan

Tepat setelah pengumuman tersebut, penyedia layanan perjalanan trip.com mencatat peningkatan 254% dalam pemesanan penerbangan ke luar dari Tiongkok daratan dibandingkan sehari sebelumnya. Negara-negara Asia Tenggara dan Amerika Serikat termasuk di antara 10 tujuan teratas.

Ini bukan merupakan sebuah kejutan. Sebelum pandemi merebak di negara terpadat di dunia itu, 32 juta warga China melakukan perjalanan ke Asia Tenggara pada 2019, menurut Rane Worldview, sebuah firma riset risiko geopolitik. Setahun kemudian, jumlah itu turun ke titik 4 juta.

“Wisatawan China adalah sumber kehidupan sektor pariwisata Asia Tenggara, dan absennya mereka yang terus menerus akan semakin menghambat pemulihan ekonomi kawasan itu,” kata lembaga itu dalam sebuah catatan pada September tahun lalu.

“Dampak dari pandemi COVID-19 … telah menghantam negara-negara Asia Tenggara dengan keras – khususnya Thailand, Filipina, dan Malaysia, di mana pariwisata sebelumnya menghasilkan pendapatan dan pekerjaan dalam jumlah yang signifikan.”

Saat itu, menurut Rane Worldview tidak adanya pengunjung dari Tiongkok dalam waktu lama akan “terus menghalangi pemulihan pasca-pandemi” dari sektor pariwisata penting negara-negara ini.

Editor: Erma Sari, S.Pd
Ket foto: Para turis berswafoto di sepanjang jalan Yaowarat yang populer di kawasan Chinatown, Bangkok, 5 September 2022.
[Manan Vatsyayana/AFP]

 

Iklan

Share:

Shalokal Indonesia

Shalokal Indonesia adalah media online dibawah PT Shalokal Mediatama Indonesia dengan kantor di Kalimantan Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *