BANJARMASIN, shalokalindonesia.com-
Cerpen : Aku dikala Terang dan Gelap
Oleh: Putri Simba
Terdengar suara gemuruh petir menggelegar bagai cambuk. Dan, aku masih tetap memandangi langit gelap hingga pandangku menerobos jendela kamar sampai pada kejauhan awan-awan yang entah kapan berhenti menebar tangis. Aku tak mengenal kesedihan yang mereka alami hingga pada tetesan terakhir pun juga tak menemukannya lalu aku hanya bisa teriak dalam hati.
“Aaaaaaaaaaaaaaa, rasanya aku ingin teriak sekeras mungkin namun aku tak bisa”ucapku didalam hati.
Aku berusaha memahami bagaimana luasnya langit dalam menyampaikan duka dan lelahnya dengan segelas susu hangat dan beberapa tumpukan buku. Namun, aku tetap tak sedikitpun mendapat jawaban atas pertanyaanku dalam mengartikan setiap duka yang ia coba sampaikan di tengah-tengah kegelapan malam.
“Ya tuhan, mengapa aku belum juga bisa menemukan jawaban pertanyaan ku, kenapa sulit menemukan nya”ucapku mengadu bertanya kepada sang kuasa.
Namun ketika aku berbicara mengadu kepada sang kuasa ibu mendengar suaraku yang begitu membuatnya pusing padahal suaraku pun tak begitu keras mengapa ia pusing mendengarnya.
“Nak, kenapa kamu berteriak berucap sendiri?, Ibu pusing mendenarkannya ini”tanya sang ibu kepadaku dari luar.
“Ndak bu, aku gx teriak juga ndak ada apa-apa kok”jawabku singkat.
“Owh, lain kali jangan teriak pusing ibu dengernya”ucap ibu lagi dari luar.
“Baiklah bu,tetapi mengapa ibu pusing kan suaraku tak kuat”tanyaku kepadanya.
“Lagi sakit kepala nak, jadinya pusung mendengerkanya”ucap ibuku pusing.
“Sesuai”jawabku singkat kepadanya.
Setelah berbicara dengan ibuku aku melanjutkan merenung kepada tuhan bahwanya sejauh ini, aku hanya memahami ketika langit sedang terang benderang, karena padanya ada sebuah harapan dan kasih sayang dalam hangatnya pelukan cahaya mentari. Namun, saat gelap aku tak pernah mengerti sedikitpun karena pada kegelapan malam hanya mimpi serta bayang-bayang yang begitu sempurna hingga kerap kali menciptakan kebahagiaan fana yang tak sempat dipahami olehku yang sudah terbangun dipagi hari.
Keesokan harinya, langit begitu cerah. Aku mencoba melupakan sejenak duka dan lelah yang dialami langit. Lalu, mencoba berjalan menembus kerumunan orang-orang di persimpangan jalan. Mereka begitu menikmati usaha serta harapan yang mereka bangun bersama mimpi yang tercipta. Aku melihat setiap tetes keringat dibalut senyuman mereka dan ditampilkan dengan sangat sederhana begitu baiknya mereka hingga membuatku selalu bersyukur dalam hidup ini.
“Ya allah, aku sangat bersyukur sekali atas apa yang telah engkau berikan kepada ku”ucapku dalam hatiku sambil memandangi orang -orang dijalan itu.
Ditengah-tengan aku sedikit melamun melihat orang -orang dengan penuh rasa syukur bahagia ada seseorang yang memanggilku tanpa aku kenali
“Nak, nak, nak, kenapa melamun sambil melihat orang -orang disini”tanya seseorang kakek tua kepadaku.
“Tidak apa-apa kek,apakah ada yang bisa aku bantu kakek”ucapku sambil sedikit bertanya kepada kakek itu.
“Ndak nak, tadi kakek hanya membangunkan mu dari lamunan takut kesambet”jawab kakek itu kepadaku.
“Owh alah, terima kasih kakek ya karena sudah membangunkan ku, aku hanya takjub saja pada orang -orang disini kakek tetapi kakek tinggal dimana”tanyaku.
“Kakek, tak punya rumah kakek hanya hidup dijalanan setiap harinya “ucap kakek itu sambil menceritakan kisah pilunya.
“Masyaallah kakek ,begitu pedih kisahmu kakek aku yang mendengarkannya pun tak sanggup, ini aku ada sedikit rezeki uang kakek ayo ambilah”jawabku sambil memberikan sedikit rezeki kepadanya.
“Alhamdulillah, terima kasih nak”ucap kakek itu lagi sembari berterimakasih lalu memeluk ku.
“Iya kakek, sama-sama”jawabku dipelukannya.
“Owh iya nak, dari setiap angan mimpimu dikala malam pasti kelak kamu akan mencapai puncaknya lalu berhasil meraihnya,jadi ayo terus berlarilah jangan menyerah dan ligatlah orang -orang itu mereka terus berjuang pasti kamu bisa”ucap kakek itu lagi.
“Baiklah kakek,terima kasih ya”jawabku sambil berterima kasih.
Kakek itupun hanya tersenyum bahagia lalu pergi entah kemana dan setelah melihat segalanya akupun mencoba seperti mereka semua, berlari dengan angan-angan dari setiap mimpi yang kerapkali hinggap dikala kegelapan malam. Aku berusaha merealisasikan berbagai mimpi yang didalamnya tersimpan begitu banyak kebahagiaan fana dengan dibalut harapan dan selalu kuyakini akan kugapai suatu saat nanti. Oh sungguh memang indahnya hidup dalam berusaha menggapai impian ciptaanku sendiri.
Lambat laun, aku melupakan duka dan lelah yang dialami langit. Pada gelapnya malam, impian dan harapan akan terkubur bersamanya digantikan bayang-bayang fana yang abadi.
Akupun tertidur bayang-bayang itu muncul kedalam diriku dengan berbagai kisah kehidupan penuh kebahagiaan hinggap dalam bunga tidur yang selalu aku sesali ketika aku terbangun. Semua impian dalam perjalanan hidupku disiang hari begitu cepatnya tercapai pada tidurku yang lelap. Oh, sungguh indah untuk sesuatu yang fana. Setelah lelah dengan kebahagiaan yang hanya berupa bayang-bayang. Akupun berusaha membangunkan diriku untuk kembali berlari. Namun, ada yang terasa janggal dalam diri ini karena ketika aku membuka mata semuanya masih terasa gelap.
Waktu terus berlalu dengan cepat aku hidup dalam kegelapan.Dan kini aku menyadari, bahwa langit ternyata mencoba menyadarkan aku bagaimana pahitnya pengharapan bagi seseorang yang memiliki impian saat langit terang benderang. Ia coba sadarkan aku dengan menjadikan hidupku dikelilingi bayang-bayang serta memiliki kebahagiaan yang fana. Dan, kini aku memahami duka dan lelah yang dialami gelapnya langit.Dalam bayang-bayang ini, semua terasa begitu bahagia dalam kefanaan yang abadi hingga aku menjadi debu putih dalam gelap yang nyata.
Tamat
Simpang Rimba 21 Januari 2024