
BANJARBARU, shalokalindonesia.com- Keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu syarat suatu wilayah geografis terpadu yang memiliki situs warisan geologi, budaya, dan bentang alam yang bernilai bisa ditetapkan sebagai geopark. Di sisi lain, pengelolaan secara berkelanjutan menjadi sebuah komitmen yang ditujukan untuk menyejahterakan masyarakat.
Dalam upaya mewujudkan Geopark Meratus sebagai Unesco Global Geopark (UGGp). Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, menegaskan bahwa kelestarian Geopark Meratus menjadi tanggung jawab bersama, agar generasi yang akan datang bisa menikmati keindahan dan kekayaan alam yang ada saat ini.
“Ini adalah misi besar yang tergambar dalam slogan geopark, yaitu “Melestarikan Bumi
Menyejahterakan Masyarakat melalui tiga pilar penting yaitu konservasi, edukasi, dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat,” kata Gubernur Kalsel, Sahbirin saat sosialisasi Geopark Meratus “The Soul
of Borneo”, di Banjarbaru beberapa waktu lalu.
Saat ini, Pemprov Kalsel melalui Badan Pengelola Geopark Meratus tengah bersiap menghadapi penilaian dan Unesco yang akan dilakukan pada 2024 mendatang. Serangkaian upaya telah dilakukan, di antaranya pemenuhan visibilitas, infrastruktur, dan fasilitas di kawasan prioritas. SDM pariwisata di kawasan Geopark Meratus juga telah disiapkan, salah satunya melalui program pengembangan wisata berbasis geopark
Dengan luas wilayah sekitar 3.645,01 km² meliputi enam kabupaten/kota, yaitu Banjarbaru. Banjarmasin, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Barito Kuala, Geopark Meratus terbagi menjadi empat rute, yakni rute utara, timur, selatan, dan barat dengan total 54 situs yang bisa dijelajahi dalam kurun waktu lima hari.
Dengan terwujudnya Geopark Meratus sebagai UGGp, diharapkan dapat mendorong terciptanya
usaha lokal inovatif serta dapat digunakan sebagai sumber pendapatan yang dihasilkan melalui geowisata dan geoproduk, dengan sumber geologi tetap terlindungi. (shalokalindonesia.com/rls)
Editor: Erma Sari, S. Pd