BANJARMASIN, shalokalindonesia.com-Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Kalsel, di bawah pimpinan Pdt Kornelius Karianto, bersilaturrahmi dengan pengurus FKUB Kalimantan Selatan (20/6/2024)

Mereka memperkenalkan keberadaan organisasinya, sebagai satu asosiasi yang menghimpun seluruh pendeta dari semua organisasi Kristen Protestan di Kalimantan Selatan.

“Di dalam API ini berhimpun seluruh pendeta yang ada di Kalimantan Selatan, dari berbagai aras organisasi kependetaan, baik PGI, PGPI, lembaga injili, dan lain sebagainya,” kata Pdt Kornelius Karianto.

Kornelius berharap agar lembaganya dilibatkan dalam berbagai kegiatan FKUB yang mengundang majelis dan organisasi keagamaan, sehingga terbangun komunikasi dengan para pemuka agama lainnya dari berbagai agama.

Tantangan terbesar yang dihadapi API secara internal adalah menerima seluruh dogma yang berbeda-beda dari gereja-gereja, yang di dalamnya juga terdapat berbagai prinsif berbeda dan saling bertentangan satu dengan lainnya. Tentu tidak mudah, tapi API harus mampu saling memahami dan membuka diri hidup dalam perbedaan tersebut, kata Kornelius.

Drs. M. Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag, selaku ketua FKUB Kalsel menyambut gembira silaturrahmi API, dan memastikan bahwa FKUB memang sejatinya mewadahi semua organisasi keagamaan, agar terbangun kerukunan beragama di tengah masyarakat.

Ilham juga menyampaikan soal indek kerukunan beragama di Kalsel yang terus meningkat. Sekarang ini indeknya sudah di atas 75 dari semua variabel, meningkat dari tahun sebelumnya, dan Kalsel menempati rangking ke 16 nasional. Tentu ini bukan hasil kerja FKUB semata, namun juga kerja bersama dari majelis-majelis agama dan pemerintah.

Ilham menjelaskan bahwa FKUB Kalsel sekarang ini telah membuka diri bekerjasama dengan Leimena Institut, satu organisasi non profit yang berdiri tahun 2005, sebagai respon atas perkembangan situasi bangsa dan negara, serta harapan para pemimpin lembaga gereja aras nasional. Lembaga ini sekarang dipimpin Matius Ho, dengan berfokus pada literasi keagamaan lintas budaya.

Di antara hal yang menarik dari literasi lintas keagamaan lintas budaya itu kata Ilham, bahwa para pemuka agama haruslah memiliki 3 kompetensi, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi komparasi dan komparasi kolaborasi.

Kompetensi pribadi, artinya pengetahuan para pemuka agama tentang agamanya sendiri harus mumpuni, sehingga ketika ditanya tentang agamanya, memiliki kepampuan untuk menjelaskan.

Kompetensi komparasi, yaitu memiliki kemampuan untuk berdialog dengan semua orang berbeda agama dengan dirinya, mampu membangun komunikasi antar agama. Sedangkan komparasi kolaboratif, mampu berbicara tentang berbagai isu kemanusiaan, termasuk isu lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya yang menjadi titik temu agama-agama, kata Ilham.

Ia mengajak anggota API memiliki perspektif sebagai mana yang ia sebutkan di atas dan mampu merajut kerukunan beragama secara bersama. Sehingga berbagai isu yang mengemuka dapat dibicarakan, termasuk isu lahan pemakaman non muslim yang sekarang jadi persoalan.

Pdt Akela, salah satu pengurus API yang ikut hadir, menjelaskan bahwa mereka merupakan ujung tombak yang ada di gereja-gereja, mengharapkan terbagun kerjasama secara intent dan kontinyu dengan FKUB dalam menjaga kerukunan. Cinta kasih yang disebarkan oleh API, jangan sampai disalahpahami sehingga justru menghambat kerukunan.

Sementara itu pengurus API lainnya, Pdt. Wahyudi, menanyakan terkait salam keagamaan yang difatwakan oleh MUI yang sekarang lagi viral dan sering ditanyakan di kalangan umat Kristen.

Ilham pun menjelaskan bahwa das sein dan das sollen harus seimbang. Kompetensi pribadi pemuka agama penting sekali untuk terus diasah, agar bisa memaparkan berbagai tafsir yang berbeda beda. Tafsir keagamaan juga harus mampu menangkap perubahan zaman. Tugas API hendaknya mampu menjembatani antar kelompok yang berbeda.

Terkait salam Natal, Ilham menyampaikan bahwa perlu studi komparasi, sebab jawabannya tidak tunggal. Saya sering balas bertanya, anda ingin jawaban apa? Sebenarnya salam yang berbagai-bagai itu hanya untuk mematut-matutkan diri pada yang berbeda, karena kalau ditanya hukumnya, pasti jawabannya beragam, tergantung sudut pandang dan pemahaman masing-masing.

Lebih baik jangan terlalu dipersoalkan, hal-hal esensial terkait karya membangun kerukunan jauh lebih penting dibicarakan. Bagaimana keragaman paham itu harus disampaikan kepada umat agar dimengerti bahwa terkait salam dan mengucapkan selamat Natal di Islam itu sangat beragam, yang penting bagaimana kita bisa saling berkolaborasi membangun kerukunan.

DR Nasrullah, anggota FKUB yang juga sekretaris MUI mengatakan, fatwa MUI yang lagi viral tersebut konteknya terkait forum keagamaan umat Islam. Memang kalau semua hal diletakkan dalam kerangka fiqh, maka banyak sekali pertentangan dan perbedaan. Namun bila hal tersebut dilihat dari sudut pandang sufi, maka agama akan mengayomi semua yang berbeda. Hendaknya para pemuka agama tidak selalu melihat dari sisi hukum, tapi liatkan secara lebih substansi, kata Nasrullah.

Pertemuan yang berbuah dialog antara API dan FKUB tersebut, juga dihadiri pengurus FKUB lainnya, yaitu DR. H. Mirhan, Bayani Dahlan, Fakhruddin, dan Noorhalis Majid. (nm)

Iklan

Share:

Shalokal Indonesia

Shalokal Indonesia adalah media online dibawah PT Shalokal Mediatama Indonesia dengan kantor di Kalimantan Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *