
BANJARMASIN, shalokalindonesia.com– Aula Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis (STT GKE) di Jalan D.I. Panjaitan 11 pagi itu dipenuhi antusiasme lebih dari 40 tokoh lintas agama. Mereka berkumpul untuk mengikuti dialog teologis bertema “Konsep Mesias dalam Perspektif Agama-Agama”, sebuah topik yang menggali persinggungan konsep Mesias dari sudut pandang agama Yahudi, Kristen, Islam Sunni, dan Syiah.
Tiga Narasumber, Tiga Perspektif
Diskusi ini menghadirkan tokoh-tokoh ahli, yaitu Pdt. Em. Johnson F. Simanjuntak, M.Th (Kristen), Dr. Zainal Abidin, M.Ag (Islam Sunni, UIN Antasari), dan Ustadz DR. H. Busyairi Ali, MA (Syiah, Ahlul Bait Indonesia). Para pembicara memaparkan bagaimana konsep Mesias menjadi titik sentral dalam sejarah spiritual dan sosial umat manusia.
Kristen: Yesus Kristus sebagai Penggenap Mesias
Pdt. Johnson Simanjuntak menegaskan bahwa dalam tradisi Kristen, Mesias diwujudkan dalam diri Yesus Kristus, penggenap nubuat Mesias dalam Perjanjian Lama. Ia menjelaskan, “Yesus adalah Mesias yang membawa kasih, keadilan, dan damai. Kerajaan-Nya bukan wilayah fisik, melainkan suasana spiritual yang penuh cinta kasih.” Mesias, menurutnya, berakar dari tradisi Yahudi, berkembang dari konsep tokoh politis hingga menjadi figur spiritual dan pembebas.
Islam Sunni: Mesias dalam Kekacauan Akhir Zaman
Dr. Zainal Abidin memaparkan bahwa dalam perspektif Sunni, Mesias (Imam Mahdi) dan Nabi Isa akan hadir di akhir zaman untuk mengatasi Dajal, simbol kejahatan. “Konflik di Timur Tengah semakin memperkuat harapan kedatangan Imam Mahdi,” ujarnya. Namun, ia menambahkan bahwa konsep ini sering kali dimanfaatkan secara politis dan harus dipahami secara simbolik.
Syiah: Kehadiran Imam Mahdi yang Ghaib
Menurut Ustadz Busyairi Ali, konsep Imam Mahdi dalam Syiah adalah pokok keimanan. “Imam Mahdi sudah lahir dan berada dalam keghaiban sejak tahun 255 Hijriah. Ia akan muncul bersama Isa Al-Masih untuk melawan kezaliman yang dipimpin oleh Dajal,” jelasnya. Ia menekankan pentingnya keterkaitan antara Tuhan, manusia, dan keadilan dalam memahami peran Mesias.
Pandangan Lintas Agama
Dialog ini juga membuka ruang diskusi lintas agama. I Wayan Suardiyasa (Hindu) mengaitkan Mesias dengan konsep Avatar dalam Hindu, sementara Zulkifli Tejda (Buddha) menyebutkan Buddha Maitreya sebagai tokoh penyelamat masa depan. Dr. Darius Dubut, tokoh interfaith, menekankan bahwa konsep Mesias adalah fenomena religiopolitik yang menjadi simbol pembebasan dan titik jumpa agama-agama.
Titik Jumpa dan Pisah
Ketua FKUB Kalimantan Selatan, Ilham Masykuri Hamdie, menyimpulkan bahwa Mesias dapat dimaknai sebagai gerakan sosial-religius yang mendorong perubahan. “Namun, sayangnya, konsep ini sering kali direduksi menjadi sekadar kultus,” ungkapnya.
Dialog ini tidak hanya mempertemukan perbedaan, tetapi juga menggali kedalaman masing-masing tradisi dalam memahami konsep pembebasan. Mesias, dalam berbagai wajahnya, menjadi simbol universal akan harapan, keadilan, dan cinta kasih di tengah kekacauan dunia.