
BANJARMASIN, shalokalindonesia.com– Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Selatan bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kalimantan Selatan telah mengadakan acara Diseminasi Laporan Perekonomian dan Kajian Fiskal Regional. Dengan tema “Memberdayakan Ekonomi Kalimantan Melalui Inisiatif Hijau: Menghadapi Perubahan Iklim dan Dampaknya,” acara ini berfungsi sebagai platform untuk mendiskusikan perkembangan terbaru dalam ekonomi Kalimantan Selatan, khususnya terkait isu perubahan iklim.
Perekonomian Kalimantan Selatan: Pertumbuhan dan Tantangan
Pada Triwulan II 2024, perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 4,81% year-on-year (yoy), sedikit melambat dibandingkan Triwulan I yang mencapai 4,96%. Pertumbuhan ini masih didorong oleh sektor pertambangan (24%) dan pertanian (14%), yang merupakan kontributor utama perekonomian Kalsel selama lima tahun terakhir. Dari segi permintaan, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi besar sebesar 48,6%.
Inflasi di Kalimantan Selatan pada bulan September 2024 tercatat sebesar 1,98% (yoy), berada dalam kisaran sasaran inflasi untuk tahun 2024. Kerja sama antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berkontribusi dalam pengendalian harga. Kinerja pembiayaan daerah juga menunjukkan hasil positif, dengan pertumbuhan kredit yang kuat dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah. Penggunaan pembayaran digital melalui QRIS meningkat pesat, dengan jumlah merchant mencapai 370,20 ribu, terutama di Banjarmasin.
Proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi Kalsel pada tahun 2024 diperkirakan berada di kisaran 4,2%-5,0% (yoy), dengan inflasi yang terjaga. Namun, risiko penurunan permintaan dari negara mitra dagang untuk komoditas pertambangan perlu diwaspadai, yang meningkatkan urgensi untuk transformasi ekonomi menuju keberlanjutan.
Kinerja APBN dan APBD: Optimisme di Tengah Tantangan
Dalam konteks kebijakan fiskal, kinerja APBN 2024 hingga Agustus menunjukkan bahwa pendapatan negara mencapai Rp13,45 triliun atau 59,27% dari target, meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Belanja negara terealisasi sebesar Rp24,79 triliun atau 64,00% dari pagu, dengan fokus pada belanja modal untuk memperkuat infrastruktur di Kalimantan Selatan.
Kinerja APBD Kalimantan Selatan juga menunjukkan hasil yang positif. Hingga 31 Agustus 2024, pendapatan daerah mencapai Rp26,52 triliun, dengan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 18,76%. Meskipun begitu, masih ada tantangan pada pos pendapatan lainnya yang mengalami penurunan signifikan.
Syafriadi, Kepala Kanwil DJPb Kalimantan Selatan, menekankan pentingnya percepatan belanja untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung pembangunan infrastruktur yang lebih baik. “Optimalisasi belanja dapat memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” jelasnya.
Dampak Iklim pada Perekonomian Kalimantan Selatan
Meski kinerja ekonomi masih positif, Kalimantan Selatan menghadapi tantangan dari perubahan iklim. Fajar Majardi, Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalsel, memperingatkan bahwa cuaca ekstrem dan bencana alam menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian, perikanan, dan infrastruktur. Ia menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mendorong inovasi yang ramah lingkungan.
Bank Indonesia Provinsi Kalsel berkomitmen untuk mendorong transformasi ekonomi menuju pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, dengan fokus pada investasi yang ramah lingkungan. “Kita perlu membangun ekonomi Kalimantan Selatan yang lebih tangguh dan peduli lingkungan demi kesejahteraan masyarakat dan generasi mendatang,” tuturnya.
Forum diseminasi ini mengundang semua pemangku kepentingan untuk memperkuat kolaborasi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga ketahanan ekonomi regional. Syafriadi menekankan pentingnya mempercepat belanja modal untuk mendukung proyek infrastruktur, sedangkan Fajar Majardi menyerukan perlunya inovasi dalam pengelolaan sumber daya alam.
Dengan harapan akan terwujudnya kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, acara ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Kalimantan Selatan.