
BANJARMASIN, Shalokalindonesia.com— Pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin menunjukkan perkembangan positif dalam beberapa waktu terakhir.
Pemerintah kota dinilai semakin serius membenahi sistem pengangkutan, menata tempat penampungan sementara (TPS), hingga mengatur waktu pembuangan sampah oleh masyarakat.
“Kalau kita lihat sekarang, ritme pengangkutan lebih teratur. TPS yang dulunya kumuh pun mulai lebih tertata,” ungkap Wakil Ketua KNPI Banjarmasin, Muhammad Arifin, kepada Shalokal Indonesia, Sabtu (26/4/2025).
Meski demikian, Arifin mengingatkan bahwa tantangan besar masih menanti, terutama dalam membangun kesadaran masyarakat dan menjaga konsistensi pengelolaan di lapangan.
“Perbaikan ini patut kita apresiasi, tapi pekerjaan rumahnya masih panjang. Butuh kolaborasi semua pihak, termasuk peran aktif para pemuda,” tegasnya.
Salah satu program yang menjadi sorotan adalah TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Menurut Arifin, meski konsepnya sangat baik, penerapannya masih jauh dari optimal.
“Minimnya partisipasi masyarakat dalam memilah sampah membuat banyak TPS 3R hanya berfungsi seperti TPS biasa. Edukasi dan pendampingan harus diperkuat agar program ini benar-benar berjalan,” ujarnya.
Arifin menyoroti akar masalah utama yang dihadapi, yaitu budaya masyarakat yang masih menganggap pengelolaan sampah sebagai tugas petugas kebersihan semata.
“Selain itu, fasilitas pendukung seperti tempat sampah terpilah juga belum tersedia secara merata. Ini memperberat upaya perubahan perilaku,” tambahnya.
Sebagai solusi, ia menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan, mulai dari sekolah, komunitas, hingga tingkat rumah tangga. Pendekatan kreatif melalui lomba kampung bersih, kampanye media sosial, serta pelibatan tokoh masyarakat dinilai akan mempercepat perubahan pola pikir warga.
“Pemuda harus menjadi motor penggerak perubahan ini. Bukan hanya mengandalkan sosialisasi biasa, tapi juga turun langsung lewat aksi nyata,” seru Arifin.
Bentuk nyata dari komitmen tersebut tampak dalam gerakan bersih-bersih yang diinisiasi Arifin dan para pemuda di kawasan Veteran—salah satu wilayah padat aktivitas yang kerap bermasalah dengan penumpukan sampah.
“Kami memilih Veteran karena daerah ini sering menjadi sorotan. Ini bentuk keprihatinan sekaligus ajakan kolaboratif untuk semua pihak,” jelasnya.
Arifin mengakui tantangan di lapangan cukup berat—mulai dari keterbatasan alat, kurangnya tenaga, hingga rendahnya kesadaran awal masyarakat. Namun, ia optimistis bahwa langkah kecil ini bisa menumbuhkan gelombang perubahan yang lebih besar.
“Veteran hanyalah awal. Kami ingin menunjukkan bahwa pemuda bukan hanya sekadar berbicara, tapi juga menjadi pelaku perubahan nyata. Gerakan ini akan terus kami lanjutkan ke titik-titik lain di Banjarmasin,” pungkasnya penuh semangat. (na)