
TANAHLAIT, shalokalindonesia.com- Kalimantan Selatan tengah menghadapi puncak musim hujan, yang membawa risiko bencana alam seperti banjir, angin puting beliung, tanah longsor (Batingsor), hingga gelombang pasang di kawasan pesisir.
BPBD Kalsel mengumumkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi di lima wilayah, yakni Banjarmasin, Banjarbaru, Tanah Bumbu, Kotabaru, dan Tanah Laut.
Plt Kepala BPBD Kalsel, M. Fitri Hernadi, menyatakan bahwa kesiapsiagaan terus ditingkatkan untuk menghadapi potensi bencana di daerah rawan.
“Kami terus memantau kondisi cuaca dan menyiapkan langkah antisipasi agar dampak bencana bisa diminimalkan,” jelasnya.
Di Desa Tabanio, warga mulai bersiaga karena gelombang pasang yang mengancam wilayah permukiman. Kekhawatiran semakin meningkat seiring naiknya permukaan air laut.
Sementara itu, nelayan tetap melaut meski kondisi cuaca kurang bersahabat. Bagi mereka, melaut adalah bagian dari mata pencaharian yang tidak bisa ditinggalkan.
Salah satu pemilik kapal, Zuki Hj. Irau, menjelaskan bahwa setiap kapal biasanya berisi seorang juragan dan lima awak atau yang dikenal dengan sebutan sawi.
“Kapal saya dipimpin oleh Juragan Ongong, bersama awak Akbar, Karman, Mahrif, Basit, dan Udin. Mereka melaut selama dua minggu dengan bekal makanan yang cukup,” terangnya.
Ia bilang, kondisi cuaca yang ektrem membuat para nelayan di pesisir laut bisa terganggu dan harus jaga diri saat air laut pasang.
Kondisi ini mencerminkan dilema para nelayan di tengah cuaca ekstrem.
Di satu sisi, mereka dihadapkan pada risiko keselamatan, namun di sisi lain, kebutuhan keluarga memaksa mereka tetap berlayar.
BPBD Kalsel mengimbau masyarakat, khususnya di kawasan rawan bencana, untuk selalu waspada dan segera melapor jika terjadi keadaan darurat. (na)