
BANJARMASIN, shalokalindonesia.com— Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional, Gerakan Kolektif Ruang Sadar Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) mengadakan diskusi terbuka bertajuk “Buruh dan Pendidikan: Melawan Penindasan, Membangun Kesadaran”.
Acara ini berlangsung di Kampus UNISKA Adhyaksa dan dihadiri oleh mahasiswa lintas fakultas, aktivis komunitas, serta perwakilan organisasi buruh dan media independen.
Diskusi ini menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Pak Yoeyoen dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang menyoroti dominasi kapitalis dalam parlemen dan pentingnya pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT).
Perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Persiapan Banjarmasin menekankan peran media independen dalam menyuarakan kepentingan kelas pekerja.
Sementara itu, Gaga Andrus dari Komunitas Gembel (Gemar Belajar) mengupas keterkaitan antara pendidikan dan keberdayaan kolektif rakyat, mengutip pemikiran Paulo Freire bahwa pendidikan seharusnya membebaskan manusia.
Maulidi dari Ruang Sadar menekankan bahwa pendidikan tinggi tidak boleh tercerabut dari realitas sosial: “Mahasiswa harus sadar bahwa gelar bukanlah alat naik kelas, tapi tanggung jawab memperjuangkan keadilan sosial.” Penutup acara disampaikan oleh Maudya Pramitha, juga dari Ruang Sadar, yang menyuarakan pentingnya mengintegrasikan perspektif gender dalam perjuangan buruh, menyoroti bahwa buruh perempuan seringkali paling terdampak oleh sistem kerja eksploitatif namun jarang diberi ruang bicara.
Diskusi ini juga menyuarakan enam poin tuntutan buruh yang menjadi fokus peringatan May Day tahun ini, mulai dari penolakan sistem kerja outsourcing, pembentukan Satgas PHK, hingga pelindungan buruh perempuan dan pekerja rumah tangga.
Penggerak kegiatan, M. Maulidinur Rahman, menyampaikan bahwa diskusi ini bukan akhir, melainkan awal dari gerakan sadar kampus.
“Ruang Sadar akan terus membuka forum diskusi setiap pekan dan lapak baca-tulis sebagai medium pendidikan alternatif. Kita ingin membentuk mahasiswa yang tidak hanya pintar di kelas, tapi juga tajam melihat realitas,” ucapnya.
Kegiatan ini turut didukung oleh beberapa rekan-rekan kolektif lainnya yang menyadari bahwa kegiatan ini bukan hanya diinisiasi oleh beberapa individu, melainkan oleh kesadaran kolektif.
Diskusi ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa UNISKA dan masyarakat Banjarmasin untuk merefleksikan peran pendidikan dalam perjuangan buruh dan membangun kesadaran kritis terhadap realitas sosial yang ada. (na)
Editor: Erma Sari, S. Pd