BALANGAN, shalokalindonesia.com – Lukah adalah alat tradisional yang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara yang ramah lingkungan, tanpa merusak habitat ikan atau makhluk hidup lainnya. Minggu (9/2/2025)
Pembuatan lukah membutuhkan ketelitian dan waktu, dengan proses pengeringan bambu yang memakan waktu hingga 5-6 hari agar mudah dianyam menjadi bentuk yang diinginkan. Bambu dipotong-potong dan dikerjakan dengan teliti, dihaluskan agar tidak tajam, kemudian dianyam dengan tali rotan hingga membentuk lukah yang siap digunakan.
Di Kecamatan Tebing Tinggi, khususnya di Desa Tebing Tinggi, masih ada beberapa orang tua yang mewariskan keterampilan membuat lukah dengan kualitas yang baik. Salah satunya adalah Ucung, seorang pembuat lukah yang terampil. Ia membuat lukah dari bambu dengan ukuran panjang 1,5 meter dan diameter 30 cm, dengan bentuk silinder yang khas.
Baca Juga:
Ucung menjelaskan cara kerja alat tradisional ini. “Lukah diletakkan di jalur ikan yang sering dilalui. Biasanya, alat ini digunakan di sungai kecil, bukan di sungai besar,” ujarnya.
Setelah lukah diletakkan di tempat yang strategis, alat ini akan dibiarkan semalaman, dan keesokan harinya baru diambil bersama ikan yang terperangkap di dalamnya.
Proses pembuatan lukah sendiri cukup sederhana namun memerlukan keterampilan. Pertama, batang bambu dipotong menjadi potongan kecil sepanjang sekitar satu meter, atau disesuaikan dengan panjang bubu ikan yang diinginkan. Selanjutnya, potongan bambu tersebut dibelah kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan pisau. Terakhir, bilah-bilah bambu tersebut dirangkai dan dianyam menggunakan tutus bambu atau tali, hingga membentuk lukah yang siap digunakan.
Baca Juga:
Lukah tidak hanya menjadi alat penangkap ikan yang efektif, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya nenek moyang yang masih dipertahankan oleh masyarakat Tebing Tinggi hingga saat ini.
(Shalokalindonesia.com/Sidiq)
Baca Juga:
