
SHALOKAL.INDONESIA, JAKARTA- Antropolog senior dari Universitas Indonesia, Suraya Abdulwahab Afiff, merekomendasikan gerakan rakyat untuk memperbaiki situasi.
“Salah satu yang perlu dipikirkan adalah bagaimana membangun gerakan lingkungan yang efektif. Karena pemerintah tidak bisa berubah tanpa pressure dari rakyatnya,” kata Suraya.
Rakyat harus disadarkan bahwa perubahan akan terjadi hanya ketika mereka menginginkan itu. Gerakan itu akan terwujud, salah satunya dimulai melalui proses memilih pada pemilu atau pilkada yang akan berlangsung tahun depan.
Kalau kita belajar dari Jerman misalnya, kenapa Partai Hijau di Jerman itu sekarang masuk di dalam karena ada keinginan dari rakyatnya untuk melihat pemerintah Jerman mempercepat perubahan energi alternatif,” kata Suraya memberi contoh.
“Jadi, itu hanya mungkin kalau rakyat memang menginginkan seperti itu. Ini bagian yang paling penting, mengedukasi bahwa rakyat memilih jangan sekedar memilih. Gimana nih generasi muda, yang akan ikut memilih,” tambahnya.
Sejumlah faktor mempengaruhi, seperti seberapa besar anak muda tertarik dalam perubahan semacam ini. Selain itu, kesadaran bahwa aktivisme tidak hanya bisa dilakukan dengan menjadi aktivis di lembaga nonpemerintah. Bahkan, seorang ibu rumah tangga pun, kata Suraya, bisa menjadi aktivis dari gerakan semacam ini jika memiliki komitmen.
Gerakan lingkungan, lanjut Suraya, juga membutuhkan peran berbagai pihak mulai LSM, akademisi, pemuka agama dan gerakan-gerakan sosial lain. (Si/voa)
Editoe: Erma Sari, S pd
Ket foto: Antropolog Universitas Indonesia, Suraya Abdulwahab Afiff, dalam tangkapan layar.