
SHALOKAL. INDONESIA, YOGYAKARTA- Direktur Pemasaran Wilayah Asia Pasifik Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Sindhutrisno mengakui sektor pariwisata butuh waktu untuk bangkit.
“Pemulihan pariwisata memang tidak instant, it takes a long time, tapi bagaimana kita terus melakukan berbagai berbagai upaya, step by step-nya,” kata Wisnu dalam ASEAN NTO’s Media Briefing, di Yogyakarta, Kamis (2/2).
Secara nasional, kunjungan wisman memang anjlok. Pada 2018 ada lebih 15 juta yang datang, dan menjadi lebih 16 juta pada 2019. Begitu COVID-19 menyerang pada 2020, angka itu turun drastis menjadi hanya 4 juta. Pada 2021, angkanya makin jatuh ke 1,5 juta.
Untungnya, hingga November 2022 kunjungan telah kembali seperti dua tahun sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,5 juta wisman.
“Target kunjungan wisatawan mancanegara pada 2023 ini adalah kisaran 3,5 sampai 7,4 juta orang,” kata Wisnu.
Di internal, Kemenpar menyiapkan pelaku wisata agar lepas dari pandemi melalui vaksinasi dan penerapan program sertifikasi CHSE atau Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan).
Untungnya, hingga November 2022 kunjungan telah kembali seperti dua tahun sebelumnya, yaitu pada kisaran 4,5 juta wisman.
“Target kunjungan wisatawan mancanegara pada 2023 ini adalah kisaran 3,5 sampai 7,4 juta orang,” kata Wisnu.
Anugerah Desa Wisata Indonesia juga digelar untuk mendorong berkembangnya sektor ini lebih masif. Sementara secara eksternal, promosi besar-besaran juga dilakukan. Misalnya, digelarnya program Kharisma Event Nusantara (KEN) yang merangkum 110 event unggulan se-Indonesia. Wisnu juga memaparkan Kemenparekraf turut aktif mengikuti sejumlah acara berskala internasional.
Pembangunan lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yaitu Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika juga menjadi bagian dari strategi ini.
“Keberadaan lima DPSP ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian Tanah Air dan membuka lapangan pekerjaan baru,” tambahnya.
Kebijakan visa juga dibenahi dengan penerapan Visa on Arrival (VoA) dengan masa tinggal 30 hari, biaya Rp500 ribu, dan tersedia bagi wisawatan dari 86 negara. VoA juga bisa diperpanjang untuk 30 hari lagi. Visa Second Home juga disediakan dengan lama tinggal bisa mencapai 5-10 tahun dengan biaya hanya Rp 3 juta dan tersedia untuk warga dari seluruh negara.
Pada 2023, Indonesia menargetkan 31 persen wisatawan datang dari kawasan ASEAN, 25 persen dari Eropa, 17 persen dari Oceania, 16 persen dari Asia di luar ASEAN dan 6 persen dari Amerika Serikat. Sementara jika dilihat tiap negara, maka target masih didominasi dari Australia dengan angka optimis sekitar 1,2 juta. Disusul kemudian berturut-turut Singapura (900 ribu), Malaysia (600 ribu), India (473 ribu) dan Amerika Serikat (164 ribu). (Si/voa)
Editor: erma Sari, S. pd
Ket foto:
Wisatawan tidak nampak di bangku-bangku di kawasan Titik Nol Yogyakarta saat pandemi menghantam Indonesia. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahy