TAPIN, shalokalindonesia.comKerukunan Mahasiswa Tapin Kalimantan Selatan langsung bergerak sampaikan aspirasinya dengan berdiri sekaligus membagi bagikan 1.000 masker ke masyarakat Tapin. Minggu (24/9) petang, bertempat di Tugu Bundaran Sirang Pitu Rantau Depan Rumah Jabatan Bupati.

Kerukunan Mahasiswa Tapin Kalimantan Selatan diketuai oleh Saudara Muhammad Akmal dan kawan-kawannya.

Muhammad Akmal bersama rekannya menyatakan, tujuannya para mahasiswa Tapin ini untuk berinisiatif mengedukasi masyarakat dampak dari Karhuta (Kebakaran Hutan dan Lahan) di Kabupaten Tapin yang meningkat beberapa pekan terakhir. Dikuatirkan warga terkena ISPA (Inspeksi Saluran Pernafasan Akut), sesak nafas, dan lain sebagainya. Sekaligus juga menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah untuk serius menangani Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) di daerahnya.

Kami sudah mencatat titik-titik sentral di Kabupaten Tapin yang pada hari ini dan beberapa pekan kemarin terjadi kebakaran hutan dan lahan khususnya di kawasan perkebunan sawit dan tambang batu bara. Contohnya, di desa Datu Ganun dan dekat Datu Nuraya desa Tatakan di konsensi PT.HRS dua hari terakhir selalu terjadi kebakaran hutan.

“Untuk itu, pada hari ini. Mahasiswa Tapin membagi-bagikan masker sekaligus memperlihatkan kepada Pemerintah agar serius menangani Karhutla,”katanya.

Melihat lahan konservasi hutan lindung yang sudah dijaga masih terjadi kebakaran tentunya ini juga menjadi tanda tanya bagi kita semua.

“Sudah dijaga kawasan hutan lindung ini, ternyata kok masih terjadi Karhutla. Hal ini harus menjadi evaluasi bersama pemerintah daerah dengan satuan kerja perangkat daerah terkait di lingkup Pemkab Tapin,”katanya.

Adakah kegiatan Mahasiswa Tapin ini dengan peringatan Hari HAM sedunia pada bulan September ini.

Dikatakannya, sebagaimana kita ketahui bulan September ini kita memiliki kegiatan aksi serupa disertai spanduk dan baliho. Namun aksi bagi-bagi masker ini kita fokuskan untuk langsung edukasi ke masyarakat terkait dampak karhutla yang terjadi.

“Kondisi akibat Karhutla di Tapin saat ini dan juga darurat udara yang bersih,”katanya.

Dijelaskannya, bulan September ini kita ketahui bersama bulan penuh nestapa dan deraian air mata. Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) sampai hari ini masih banyak belum terungkap oleh tabir. Bahkan siapa pelakunya, meninggal atau tidak, kita tidak tahu.

“Contohnya saja, kasusnya Munir, Puji Tukul, atau kasusnya mahasiswa yang direfreshi oleh aparat baik saat berdemonstrasi atau apapun. Namun pastinya hari ini di bulan September ini kita mengutamakan Hak Asasi Manusia,”katanya.

Artinya, banyak kasus di Republik Indonesia yang masih mandek di Badan Hukum Nasional dan Badan Hukum Internasional yang tak mampu diungkap ke ranah pidana oleh aparat hukum di Republik Indonesia. Apalagi kasus Munir aktifis HAM terkait pula dengan dugaan terlibatnya aparat hukum terdepan dan pandai menjaga rahasia negara dengan prinsip arogansinya “Aku akan tahu, sebelum orang lain mengetahui, sukses jangan dipuji, gagal jangan dicari”.

Dikatakannya, pastinya pembunuhan Munir dan Puji Tukul begitu politis, tersistematis, dan bisa kita yakini dalang dari segalanya adalah penguasa,”pungkasnya.

Reporter Nasrullah

Iklan

Share:

Shalokal Indonesia

Shalokal Indonesia adalah media online dibawah PT Shalokal Mediatama Indonesia dengan kantor di Kalimantan Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *