BANJARMASIN, shalokalindonesia.com

Senja di Negri Palestina
Oleh: Putri Rahmawati Smansa Simba

Angin dingin Menusuk tulang membekukan Gaza dengan segala kegalauan. Gerimis turun menyapa keheningan. Mengencerkan ceceran darah, di sepanjang jalan. Mengusir asap kepedihan yang mengepul, dari bangunan yang telah menjadi puing.Malam itu malam yang indah ditemani bintang ratusan bintang-bintang yang terang menawan tak bisa dihitung jumlahnya menghiasi bumi sebelum terjadinya puluhan rudal meluluh-lantakan bumi palestina, rudal-rudal peluru berjatuhan bagai pesta kembang api di malam tahun baru. Dua rudal meledakkan atap rumah dan halaman belakang rumahku.

“Ibu… Ibu.,ayah, ayah, adik, bibik dimana kalian ” teriakku menjerit kepada semua keluarga ku yang ku sayangi.

Akan tetapi tak ada balasan sama sekali aku segera berlari keluar dan ternyata seluruh keluarga dan saudaraku telah tewas mati tertimbun reruntuhan rumah dan hanya menyisakan kaki kanan dan tangan kiri .Suara orang menggunakan sepatu guru atau tentara terdengar aku berusaha untuk tidak menangis karena takutnya yang datang adalah orang-orang zionis yang ingin membumi hanguskan palestina.

“Hey gadis kecil kamu baik-
baik saja?” tanya seorang pemadam tersebut,

Aku mengangguk dan di
bawah ke luar dari rumah Ketika aku ke luar dari rumah aku melihat banyak orang menangis,berteriak dan meratapi keluarga mereka yang sudah mati hancur, mereka meratapi sambil mencaci-maki dan melaknat orang-orang israel, ketika melihat banyak orang menangis, berteriak aku jadi ingin mengikuti apa yang mereka lakukan tapi aku sudah berjanji kepada Ayah juga keluargaku untuk tidak menangis ketika ia sudah tiada,

“Lauren, jika suatu hari engkau melihat Ayah, Ibu kakak, atau saudara keluarga mu mati tertembak atau tertimbun reruntuhan yang menyakitkan engkau tidak boleh menangis ya”ucap ayahnya dan keluarga ku tercinta sewaktu hidup.

“Baiklah, ayah, kakak, dan semuanya”jawabku

Jadi aku hanya diam karena aku bingung
harus berbuat apa juga aku sudah berjanji tak akan pernah menangis?

“Hey mereka keluargamu?” tanya seorang pemuda yang kepalanya di sedikit diperban akibat terkena batu besar.

“Iya.” ku balas dengan nada cuek.

“Kenapa kau,kenapa tidak menangis sama sekali ?sedangkan keluargamu telah tiada? Apa kau salah satu dari mereka?”
tanya pemuda itu dengan geram.

“percuma ,kalau seandainya aku menangis jika besok, lusa atau kapanlah itu belum tentu bisa hidup terus jika aku mati siapa yang akan menangisiku?” anganku dengan emosi kesal kecewa.

“kau itu gadis bodoh, mana kau tahu tentang orang-orang terlaknat itu.” tanya pemuda itu sembari meninggalkanku sendiri tanpa ada orang.

“Ayo cepat, para pemuda, pemudi palestina tinggalkan kota ini untuk sementara waktu naiklah ke mobil ini selamatkan generasi palestina dari tangan orang-orang terlaknat.” suara seorang hamas terdengar jelas melalui speaker.

Aku mulai berpikir untuk menanyakan apakah dia kenal dengan kakak ku. Begitu sedikit ku dekati ternyata orang itu bukanlah seorang hamas melainkan seorang pemuda.

“Hey namamu siapa? Apakah keluargamu masih ada yang selamat?” sapa pemuda itu dengan ramah lembut.

“Namaku Lauren, keluargaku hanya tinggal kakakku seorang, tapi aku tidak tahu sekarang dia ada di mana.”kataku.

“Apakah kakak mu tercinta seorang hamas?” kata orang itu sambil memandangi wajahku lekat-lekat.

Aku mengangguk dengan pelan tak bersuara sama sekali lalu orang pemuda itu berkata lagi kepadaku dengan lemah lembut sembari memegang pundakku

“siapa namanya? mungkin aku bisa mempertemukan kalian.” tanyanya.

“Namanya Haidar.” jawabku

Ketika mendengar nama kakak ku tercinta yang paling aku sayangi temannya yang berpenampilan hamas
tersentak kaget.

“Apa kau bilang Haidar,apakah Haidar itu benar kakakmu?” tanya orang itu
.
“Iya, kakak ku Haidar, apakah anda mengenalnya pemuda baik? jika iya tolong bawalah aku untuk bertemu dengannya walaupun banyak rintangan aku siap menghadapinya demi bertemu kakak ku.”ucapku lagi kepada pemuda itu

Tiba-tiba orang itu ruku memandang wajahku dengan jelas dan memegang pudakku lalu dia berkata sembari sedikit meneteskan air mata murninya.

“Kau harus sabar ya adik manis yang cantik soleha,kakak mu kemaren tertangkap oleh zionis israel kejam” ucapnya sambil menangis kasihan kepada gadis itu dan kakaknya.

ketika mendengar kata-kata orang itu rasanya seperti seember timah dituangkan dari ujung kepala rasanya hidup ini tak ada gunanya lagi tapi aku harus tetap hidup untuk mencari penjara tempat ayahku ditahan dan memberinya kabar bahwa aku masih hidup.

“Ayo Lauren ,kita pergi menuju ke pengungsian.” ajak pemuda itu kepadaku

Aku hanya diam dan duduk di pojok
mobil itu sambil mendengar anak-anak mengoceh betapa kejamnya zionis israel itu, aku hanya mendengar ocehan tersebut sambil tidur di atas lututku. Mobil berhenti pertanda bahwa sudah sampai di ke pengungsian.

“Ayo ,para generasi palestina kita sudah sampai di kemah pengungsian kita insyaallah disini aman.” teriak pemuda itu.

Aku turun sambil membetulkan jilbab ku yang sedikit tidak rapi dimabur oleh tiupan angin kencang saat diperjalan.

“hey.” sapa pemuda itu, aku menoleh tanpa ekspresi.

“Apa?” jawabku lagi-lagi dengan nada cuek kepada pemuda itu yang tak tahu namanya.

“Aku belum mencatat nama dan umurmu.” tanyanya.

“Namaku Lauren” jawabku.

“Umurmu?” tanyanya sambil mencatat,

“19 tahun.” kataku.

“Kalo boleh tau, siapa namamu wahai pemuda”tanyaku

“Namaku Esam”jawabnya.

“Owh”sahutku.

“Ahh, jadi kita sebaya,apakah kakakmu yang tampan itu seorang hamas?” tanyanya.

“Ia, sebelum dia tertangkap apakah kau tahu di mana kakak tercintaku satu -satunya yang kumiliki ditahan?” tanyaku dengan wajah memohon dihadapan wajahnya.

“Mungkin kakakmu sedang ditahan di jerusalem.” kata pemuda bernama Esam itu.

Aku segera meninggalkan pemuda
itu sebelum dia mendatangiku.

“Lauren, ini ada sesuatu untukmu.” kata Esam sambil menyerahkan pisau lipat ke
cil.

“Untuk apa ini ?,aku tak akan menerima jika ini tak ada gunanya sama sekali untuk ku.” kataku.

“Lauren, Ini hanya untuk berjaga-jaga ,apabila ada tentara zionis yang mengancammu lemparkanlah pisau ini dan berlarilah.” katanya dengan bangga.

“terima kasih ya kakak orang baik.” kataku sambil pergi meningganya.

Hari-hariku terasa sepi dan hanya ditemani oleh Kawthar dan Halima gadis kecil yang bisa melihat masa depan. Suatu pagi Halima berlari ke arahku sambil menangis.

“Kakak, Kakak aku melihat Kakak dalam mimpiku akan ditembak oleh tentara zionis.” katanya.

“Apa? tidak mungkin, kau jangan bicara sembarangan Halima.” kata Kawthar kesal

Aku hanya tiduran di atas
batu sambil memandang langit.

“, Lauren, kenapa kau hanya diam saja?” tanya Kawthar

“Sudahlah, dia benar kan pada waktu pengungsian itu akan dijatuhi bom
dan terjadi.” kataku sambil memandang langit.

“Apakah kau percaya dengan kata
-katanya?” kata Kawthar dengan wajah melas.

“Mungkin Allah memberi kelebihan pada Halima.” ucapku.

Halima,dan Kawthar kelihatan gelisah saat melihat aku pasrah.

“Apakah Kakak tidak takut?” kata Halima

“Tidakkkk, jika aku mati aku bisa bertemu dengan keluargaku.” kataku pasrah.

“Kau tidak boleh mati ,karena aku.. aku. Sudahlah yang terpenting kau tidak boleh mati.” kata Kawthar .

“Kak Kawthar Kakak mau ke mana?” jangan tinggalkan adikmu ini sendirian”ucap Halima.

“Aku yakin ,Kawthar ingin mengatakan sesuatu tapi tapi dia malu untuk mengatakannya mungkin karena ada Halima” gumamku dalam hati,

Lalu Halima pergi menyusul .Kawthar meninggalkanku sendiri aku tak tahu kenapa setiap memandang langit biru dan melihat awan membayangkan awan itu akan menjadi apa? Ternyata pikiranku menjadi tenang. Hari minggu hari yang tenang hanya ada tentara zionis yang sedang memandangi kemah pengungsian anak-anak banyak yang melakukan gerakan dengan melempari mereka dengan batu, tentara itu hanya diam dan sesekali menembakkan tembakan peringatan untuk menakut-nakuti anak-anak palestina, mereka tidak gentar dan aku melemparkan batu sebesar kepalan tangan dan menyebabkan satu tentara zionis itu berdarah dikepala dan saat itu peluru ditembakkan ke arahku dan saat itu pula dunia terasa seperti tidak ada suara. Kawthar menghampiriku sambil menangis.

“Tidak boleh, Lauren kau harus bangun kau ,tidak boleh mati kau harus tetap hidup.” kata Kawthar pergi kearah kantor kemah pengungsian sambil menggendongku menuju rumah sakit terdekat terburu -buru panik setelah sampai di rumah sakit tiba-tiba dunia menjadi gelap dan muncul bayangan Ibuku.

“Lauren sayang, kau tidak boleh menyusul Ibu sekarang Ibu,ayah juga keluargamu senang berada di sini dan kamu harus ingat bahwa Ibu selalu bersamamu kamu harus bangun Lauren”ucap bayangan ibunda dimimpinya ketika ia terbaring koma.

Ketika aku membuka mata aku melihat Kawthar duduk di sampingku dengan wajah sembab seperti habis menangis. Ketika aku mencoba duduk dadaku mulai terasa sakit lagi dan tanpa diperintah sehingga membangunkan Kawthar.

“Masyaallah, kau sudah bangun Lauren?” tanya Kawthar dengan tersenyum manis kepadaku.

“Aku sudah tidur berapa hari?” tanyaku.

“12 hari.” kata Kawthar sambil mengambilkan segelas air putih untukku.

“Sudahlah, kau istirahat saja supaya cepat sembuh.” ucal Kawthar

Aku merebahkan tubuhku dan rasa sakit di dadaku perlahan berkurang sekian lama kami berdua tidak ada yang berbicara,

“Hmmm.. …Lauren.,Lauren..” kata Kawthar tampak gelisah.

“Kenapa?” tanyaku dengan polos.

“Hmm.. Halima telah mati.” tiba
-tiba rasa sakit di dadaku muncul lagi.

“Sudahlah, semua sudah diatur oleh Allah.” kata Kawthar sambil memegang tanganku.

“Kawthar,apakah aku sudah bisa kembali ke kemah pengungsian?,aku tidak betah disini” tanyaku.

“Boleh, ayo mari aku gendong ada mobil kemah di depan.” kata Kawthar sambil mengangkatku.

Ketika sampai di mobil kemah aku dinaikkan dan langsung duduk di pojok Kawthar menghampiriku,

“Apakah ,kau baik-baik saja?” tanya Kawthar dengan nada khawatir.

Ketika aku turun aku, aku disuguhi dengan pemandangkan yang amat menyedihkan. Ada anak-anak tak berdosa sama sekali yang ditembak dan dilemparkan ke dalam kandang anjing,dan lain -lain sungguh kasihan aku melihatnya sementara aku tidak bisa berbuat apa-apa.

“Ayo cepat, mari kita hancurkan kemah ini.” kata tentara israel yang ku lukai kepalanya.

Tiba-tiba dari belakang tembok muncul sebuah mobil slender yang amat besar aku segera menghadang tapi Kawthar mencengkeram lenganku,lalu ia berkata

“jangan Lauren, aku tidak ingin kamu mati.” kata Kawthar

“Lepaskan aku Kawthar !” bentakku kepadanya.

“Aku, tak akan membiarkanmu ke sana.” katanya.

“lepaskan!” teriakku sambil meronta-ronta.

“Kenapa kau, ingin saja terus mati Lauren”tanya Kawthar

“Aku bosan hidup seperti ini, lebih baik aku menyusul keluarga di syurganya allah sana”jawabku.

“Astaga, pokonya kau tidak boleh mati, karena aku sangatlah mencintai menyayangimu Dinda.”ucap Kawthar mengungkapkan perasaan nya.

“Kau ini, ngomong apa sih? Aku gx ngerti”jawabku.

Dengan cepatnya aku menghiraukan omongan Kawthar berhasil lepas dari cengkeraman aku langsung berlari ke depan slender dan menghadangnya agar tidak jadi untuk meratakan kemah tersebut, Kawthar dengan cepat mengikutiku dari belakang, karena dia mengikutiku kakinya ditembak oleh tentara zionis yang begitu jahanam tak punya hati nurani sedikit pun kepada sesama umat manusia.

“Minggir kau gadis kecil”ucap tentara itu.

“Aku tidak akan,membiarkan dirimu menghancurkan nya wajai tentara zonius yang begitu bejat”ucapku menghalangi dan marah besar.

Dasar bodoh kau anak kecil, cepat pergi atau ku lindas kau!”bentak tentara tersebut tapi aku tidak gentar dengan kata-kata tentara tersebut.

“Aku tidak peduli dengan hidupku, aku tetap disini tak akan membiarkanmu menghancurkan tempat ini jawabku marah.

Setelah berkata seperti itu mobilslender orang tentara tersebut melaju cepat dan melindasku. Jasir menangis, berteriak-teriak dan mencaci maki orang-orang terlaknat yang tak ada hati nurani kemanusiaan sedikitpun itu. Seakan senja yang indah ikut menangis dan seakan bumi beserta seluruh isinya melaknat israel jahanam bejatnya tanpa prikemanusiaan.

Tamat😊

Iklan
Share:

Shalokal Indonesia

Shalokal Indonesia adalah media online dibawah PT Shalokal Mediatama Indonesia dengan kantor di Kalimantan Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *